Nama : Siti Arini
NPM : 16215599
Kelas : 3EA36
Model Etika
Dalam Bisnis, Sumber Nilai Etika dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Etika Manajerial
1.
Immoral Manajemen
Manajemen merupakan tingkatan terendah dari model manajemen dalam
menerapkn prinsip-prinsip etika bisnis. Manajemen yang memiliki manajemen tipe
ini pada umumnya sama sekali tidak mengindahkan apa yang dimaksud dengan
moralitas, baik dalam internal organisasinya maupun bagaimana dia menjalankan
aktivitas bisnisnya.
Immoral manajemen sangat banyak kita temukan dalam komunitas kita. Para pelaku bisnis yang tergolong pada tipe ini, biasanya memanfaatkan kelemahan-kelemahan dan kelengahan-kelengahan dalam komunitas untuk kepentingan dan keuntungan diri mereka secara individu atau kelompok mereka. Kelompok manajemen ini selalu menghindari diri dari yang disebut Etika, bahkan hukum dianggap sebagai batu sandungan dalam menjalankan bisnisnya.
Contohnya adalah munculnya teknologi Hp., dengan menggunakan Hp setiap orang bisa berkomunikasi jarak jauh dimanapun dia berada, Apalagi sekarang berkembang sebuah teknologi baru yang disebut dengan teknologi 3G (Thirdd-Generation), dimana komunikasi tatap muka akan bisa kita nikmati dari jarak jauh. Namun disisi lain, kemudahan yang diperoleh dengan kemajuan teknologi informasi ini banyak juga dimanfaatkan untuk memperkaya kepentingan pribadi sebagian orang.
Immoral manajemen sangat banyak kita temukan dalam komunitas kita. Para pelaku bisnis yang tergolong pada tipe ini, biasanya memanfaatkan kelemahan-kelemahan dan kelengahan-kelengahan dalam komunitas untuk kepentingan dan keuntungan diri mereka secara individu atau kelompok mereka. Kelompok manajemen ini selalu menghindari diri dari yang disebut Etika, bahkan hukum dianggap sebagai batu sandungan dalam menjalankan bisnisnya.
Contohnya adalah munculnya teknologi Hp., dengan menggunakan Hp setiap orang bisa berkomunikasi jarak jauh dimanapun dia berada, Apalagi sekarang berkembang sebuah teknologi baru yang disebut dengan teknologi 3G (Thirdd-Generation), dimana komunikasi tatap muka akan bisa kita nikmati dari jarak jauh. Namun disisi lain, kemudahan yang diperoleh dengan kemajuan teknologi informasi ini banyak juga dimanfaatkan untuk memperkaya kepentingan pribadi sebagian orang.
2.
Amoral Manajemen
Tingkatan kedua dalam aplikasi etika dan moral dalam manajemen adalah Amoral Manajemen. Berbeda dengan immoral manajemen, manajer dengan tipe manajemen seperti ini sebenarnya bukan tidak tahu sama sekali yang disebut dengan etika atau moralitas. Ada 2 jenis lain manajemen tipe amoral ini, yaitu:
Tingkatan kedua dalam aplikasi etika dan moral dalam manajemen adalah Amoral Manajemen. Berbeda dengan immoral manajemen, manajer dengan tipe manajemen seperti ini sebenarnya bukan tidak tahu sama sekali yang disebut dengan etika atau moralitas. Ada 2 jenis lain manajemen tipe amoral ini, yaitu:
a.
Manajemen yang dikenal tidak sengaja
berbuat amoral (unintentional amoral manager). Tipe ini adalah para manajer
yang dianggap kurang peka, bahkan segala keputusan bisnis yang mereka perbuat
sebenarnya langsung atau tidak langsung akan memberikan efek pada pihak lain.
Oleh karena itu meraka akan menjalankan bisnisnya tanpa memikirkan apakah
aktivitas bisnisnya sudah memiliki dimensi etika atau belum. Atau oleh para
pakar menyebutkan mereka sebagai manajer “ceroboh” atau kurang perhatian
terhadap amplikasi aktivitas mereka terhadap para stakeholdernya. Manajer
seperti ini mungkin saja punya niat baik, namun mereka tidak bias melihat bahwa
keputusan dan aktivitas bisnis mereka apakah sudah merugika pihak lain atau
tidak. Tipikal model manajer seperti ini biasanya mereka lebih berorientasi
hanya pada hokum yang berlaku, dan menjadikan hokum sebagai pedoman dalam
aktivitas mereka.
b.
Tipe Manajer yang sengaja berbuat
amoral Manajemen dengan pola ini sebenarnya memahami ada aturan dan etika yang
harus jalankan, namun terkadang secara sengaja melanggar etika tersebut,
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan bisnis mereka misalnya ingin melakukan
efisiensi dan lain-lain. Namun demikian manajer dengan tipe ini terkadang
berpandangan bahwa etika hanya berlaku bagi kehidupan pribadi kita, tidak untuk
bisnis. Mereka percaya bahwa aktivitas bisnis berada diluar dari
pertimbangan-pertimbangan etika dan moralitas.
3.
Moral Management
Tingkatan tertinggi dari penerapan nilai-nilai etika atau moralitas dalam bisnis adalah moral manajemen. Dalam moral manajemen, nilai-nilai etika dan moralitas diletakan pada level standar tertinggi dari segala bentuk perilaku dan aktivitas bisnisnya. Manajer yang termasuk dalam tipe ini tidak hanya menerima dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku, namaun juga telah terbiasa meletakkan prinsip-prinsip etika dalam kepemimpinannya. Seorang manajer yang termasuk dalam tipe ini tentu saja menginginkan keuntungan dalam bisnisnya, tapi jika hanya bisnis yang dijalankan dapat diterima secara legal dan juga tidak melanggar etika yang ada dalam komunitas, seperti keadilan, kejujuran, dan semangat untuk mematuhi hukum yang berlaku. Hukum bagi mereka dilihat sebagai minimum etika yang harus mereka patuhi, sehingga aktivitas dan tujuan bisnisnya akan diarahkan untuk melampaui atau melebihi dari apa yang disebut sebagai tuntutan hukum. Manajeyang bermoral selalu melihat dan menggunakan prinsip-prinsip etika seperti keadilan, kebenaran dan aturan-aturan emas (golden rule) sebagai pedoman dalam segala keputusan bisnis yang diambilnya. Ketika di lema etika muncul, Manajer dengan tipe ini menanggung atau memikul posisi kepemimpinan untuk perusahaan-perusahaan dan industrinya.
Tingkatan tertinggi dari penerapan nilai-nilai etika atau moralitas dalam bisnis adalah moral manajemen. Dalam moral manajemen, nilai-nilai etika dan moralitas diletakan pada level standar tertinggi dari segala bentuk perilaku dan aktivitas bisnisnya. Manajer yang termasuk dalam tipe ini tidak hanya menerima dan mematuhi aturan-aturan yang berlaku, namaun juga telah terbiasa meletakkan prinsip-prinsip etika dalam kepemimpinannya. Seorang manajer yang termasuk dalam tipe ini tentu saja menginginkan keuntungan dalam bisnisnya, tapi jika hanya bisnis yang dijalankan dapat diterima secara legal dan juga tidak melanggar etika yang ada dalam komunitas, seperti keadilan, kejujuran, dan semangat untuk mematuhi hukum yang berlaku. Hukum bagi mereka dilihat sebagai minimum etika yang harus mereka patuhi, sehingga aktivitas dan tujuan bisnisnya akan diarahkan untuk melampaui atau melebihi dari apa yang disebut sebagai tuntutan hukum. Manajeyang bermoral selalu melihat dan menggunakan prinsip-prinsip etika seperti keadilan, kebenaran dan aturan-aturan emas (golden rule) sebagai pedoman dalam segala keputusan bisnis yang diambilnya. Ketika di lema etika muncul, Manajer dengan tipe ini menanggung atau memikul posisi kepemimpinan untuk perusahaan-perusahaan dan industrinya.
B.
SUMBER NILAI-NILAI ETIKA
Secara
garis besar dimanapun kita berada maka kita akan dihadapkan pada 4 hal yang
dipandang sebagai sumber nilai-nilai etika dalam komunitas, yaitu :
a.
Agama
Bermula dari buku Max Weber The Protestant Ethic and Spirit
of Capitalism (1904-5) menjadi tegak awal keyakinan orang adanya hubungan erat
antara ajaran agama dan etika kerja, atau anatara penerapan ajaran agama dengan
pembangunan ekonomi.
Etika sebagai ajaran baik-buruk, slah-benar, atau ajaran
tentang moral khususnya dalam perilaku dan tindakan-tindakan ekonomi, bersumber
terutama dari ajaran agama. Itulah sebabnya banyak ajaran dan paham dalam
ekonomi Barat menunjuk pada kitab Injil (Bibble), dan etika ekonomi yahudi
banyak menunjuk pada Taurat. Demikian pula etika ekonomi Islam termuat dalam
lebih dari seperlima ayat-ayat yang muat dalam Al-Qur’an.
Prinsip-prinsip
nilai-nilai dasar etika yang ada dalam ketiga agama Nabi Ibrahim ini yaitu:
·
Keadilan : Kejujuran, mempergunakan
kekuatan untuk menjaga kebenaran.
·
Saling menghormati : Cinta dan
perhatian terhadap orang lain
·
Pelayanan : Manusia hanya pelayan,
pengawa, sumber-sumber alam
·
Kejujuran : Kejujuran dan sikap
dapat dipercaya dalam semua hubungan manusia, dan integritas yang kuat.
Etika bisnis menurut ajaran Islam digali langsung dari Al
Quran dan Hadits Nabi. Dalam ajaran Islam, etika bisnis dalam Islam menekakan
pada empat hal Yaitu : Kesatuan (Unity), Keseimbangan (Equilibrium), Kebebasan
(FreeWill) dan tanggung jawab (Responsibility).
Etika bisnis Islam menjunjung tinggi semangat saling
percaya, kejujuran dan keadilan, sedangkan antara pemilik perusahaan dan
karyawan berkembangan semangat kekeluargaan (brotherhood). Misalnya dalam perusahaan
yang islami gaji karyawan dapat diturunkan jika perusahaan benar-benar merugi
dan karyawan juga mendapat bonus jika keuntungan perusahaan meningkat. Buruh
muda yang masing tinggal bersama orang tua dapat dibayar lebih rendah,
sedangkan yang sudah berkeluarga dan punya anak dapat dibayar lebih tinggi
disbanding rekan-rekannya yang muda.
b.
Filosofi
Salah satu sumber nilai-nilai etika yang juga menjadi acuan dalam pengambilan keputusan oleh manusia adalah ajaran-ajaran Filosofi. Ajaran filosofi tersebut bersumber dari ajaran-ajaran yang diwariskan dari ajaran-ajaran yang sudah diajarkan dan berkembang lebih dari 2000 tahun yang lalu. Ajaran ini sangat komplek yang menjadi tradisi klasik yang bersumber dari berbagai pemikiran para fisuf-filsuf saat ini. Ajaran ini terus berkembang dari tahun ke tahun
Salah satu sumber nilai-nilai etika yang juga menjadi acuan dalam pengambilan keputusan oleh manusia adalah ajaran-ajaran Filosofi. Ajaran filosofi tersebut bersumber dari ajaran-ajaran yang diwariskan dari ajaran-ajaran yang sudah diajarkan dan berkembang lebih dari 2000 tahun yang lalu. Ajaran ini sangat komplek yang menjadi tradisi klasik yang bersumber dari berbagai pemikiran para fisuf-filsuf saat ini. Ajaran ini terus berkembang dari tahun ke tahun
Di Negara barat, ajaran filosofi yang paling berkembang
dimulai ketika zaman Yunani kuno pada abd ke 7 diantaranya Socrates (470 Sm-399
SM) Socrate percaya bahwa manusia ada untu suatu tujuan, dan bahwa salah dan
benar memainkan peranan yang penting dalam mendefinisikan hubungan seseorang
dengan lingkungan dan sesamanya sebagai seorang pengajar, Socrates dikenang
karena keahliannya dalam berbicara dan kepandaian pemikirannya. Socretes
percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri, dan bahwa manusia pada
dasarnya adalah jujur, dan bahwa kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah
pengarahan yang membebani kondisi seseorang. Pepatah yang terkenal mengatakan.
: “Kenalilah dirimu” dia yang memperkanalkan ide-ide bahwa hukum moral lebih
inggi daripada hukum manusia.
c.
Pengalaman Dan Perkembangan Budaya
Setiap transisi budaya antara satu generasi kegenerasi
berikutnya mewujudkan nilai-nilai,aturan baru serta standar-standar yang
kemudian akan diterima dalam komunitas tersebutselangjutnya akkan terwujud
dalam perilaku.Artinya orang akan selalu mencoba mendekatkan dirinya atau
beradaptasi dengan perkembangan-perkembangan nilai-nilai yang ada dalam
komunitas tersebut,dimana nilai-nilai itu tidak lain adalah budaya yang hadir
karna adanya budaya pengetahuan manusia dalam upayanya untuk
menginterpentasikan lingkunganya sehingga bisa selalu bertahan hidup.
Ketika belanda berkuasa pada tahun 1600-1800,penguasaan
ekonomi pada saat itu diberi nama Hindia Belanda dilakukan melalui persatuan
pedagang Belanda (VOC) yang menerapkan pola monopolidalam membeli komuditas
perdaganggan nasional seperti lada,
pala, cenke, kopi,dan gula. Setelah VOC bangkrut ( bubar) tahun 1799, dikarenakan pemerintahan belanda telah diduduki oleh jerman untuk sementara pemeritahan Hindia Belanda diambil alih oleh Inggris selama 1811-1816.
pala, cenke, kopi,dan gula. Setelah VOC bangkrut ( bubar) tahun 1799, dikarenakan pemerintahan belanda telah diduduki oleh jerman untuk sementara pemeritahan Hindia Belanda diambil alih oleh Inggris selama 1811-1816.
Kebijakan baru pemerintah Belanda ini memungculkan masalah
baru dalam halketimpangan ekonomi. Ketimpangan distribusipendapatan ini belum
ditambahdengan tingkat pajak yang dibebangkan kepada petani bertanah terutama
di Jawadan Madura yang berjumlah 40% dari pendapatan kasarnya setelah
diperhitungkan pajak tanah. Ketika itu para tuan-tuan tanah yang patuh pada
pemerintahan akan mendapatkan pasilitas dan kemudahan oleh pemerintah untuk
mengekplorasi.
Ketimpangan dalam dialektik hubungan ekonomi menjadi salah
satu pemicu bagi bangsa Indonesia untuk menuntut revolusi kemerdekaan. Revolusi
ini baru merupakan tahapan awal untuk melakukan proses pembangunan ekonomi
nasional dari belenggu model ekonomki colonial, serta untuk melakukan koreksi
total terhadap fundamental social ekonomi. Demokrasi terpimpin menandai proses
pemerintahan yang pertama sesudah kemerdekaan. Ada tiga komponen pokok yang
dijalankan ketika itu, yaitu:
(1) diversifikasi produksi untuk menghilangkan
ketergantungan atas ekspor bahan-bahan mentah primer
(2) perkembangan ekonomi dan kemakmuran yang merata
(3) pengalihan dominasi penguasaan usaha-usaha ekonomi dari
tangan asing dan golongan cina ketangan pribumi Indonesia (John O. Sutter,
1958; Nan L. Amstutz, 1956). Dalam perjalanannya, beberapa cabinet yang
menjalankan proses restrukturisasi ekonomi tidak berjalan secara efektif dan
tidak berkesinambungan.
d.
Hukum
Hukum adalah perangkat aturan-aturan yang dibuat oleh
pemerintah dalam rangka untuk menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan
bernegara. Hukum menentukan ekspektasi-ekspektasi etika yang diharapkan dalam
komunitas dan mencoba mengatur serta mendorong para perbaikan-perbaikan
masalah-masalah yang dipandang buruk atau tidak baik dalam komunitas.
Sebenarnya bila kita berharap bahwa dengan hukum dapat mengantisipasi semua
tindakan pelanggaran sudah pasti ini menjadi suatu yang mustahil. Karena
biasanya hukum dibuat setelah pelanggaran yang terjadi dalam komunitas.
Beberapa prinsip/hukum yang dianut oleh system perbankan
syariah antara lain:
Pertama, pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan. Kedua, pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil usaha institusi yang meminjam dana.
Pertama, pembayaran terhadap pinjaman dengan nilai yang berbeda dari nilai pinjaman dengan nilai ditentukan sebelumnya tidak diperbolehkan. Kedua, pemberi dana harus turut berbagi keuntungan dan kerugian sebagai akibat hasil usaha institusi yang meminjam dana.
Ketiga, islam tidak memperbolehkan “menghasilkan uang dari
uang”. Uang hanya merupakan media pertukaran dan bukan komoditas karena tidak
memiliki nilai intrinsik.
Keempat, unsur gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak harus mengetahui dengan baik dengan hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi. Kelima, investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan dalam islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan syariah.
Keempat, unsur gharar (ketidakpastian, spekulasi) tidak diperkenankan. Kedua belah pihak harus mengetahui dengan baik dengan hasil yang akan mereka peroleh dari sebuah transaksi. Kelima, investasi hanya boleh diberikan pada usaha-usaha yang tidak diharamkan dalam islam. Usaha minuman keras misalnya tidak boleh didanai oleh perbankan syariah.
Indonesia adalah Negara yang menganut system hukum campuran
dengan system hukum utama hukum Eropa Kontinental, yang dibawa oleh Belanda
ketika menjajah selama 3,5 abad lamanya. Selain system hukum Eropa Kontinental,
dengan diberlakukannya otonomi daerah, didaerah-daerah system hukum setempat
yang biasanya terkait dengan hukum adat dan system hukum agama, khususnya hukum
(syariah) islam, seperti yang berlaku diaceh.
1)
Leadership
Peranan menejer dalam menjalangkan suatu perusahaan adalah
sangat sentral, sebab para menejerlah yang akan mengambil keputusan-keputusan
penting dalam menjalangkan suatu aktivitas perusahaan. Kepemimpinan yang beretika menggabungkan antara pengambilan
keputusan yang beretika dan perilaku yang beretika. Tanggung jawab utama dari
seorang pemimpin adalah membuat keputusan yang beretika dan berperilaku yang beretika
pula. Ada beberapa hal yang harus dilakukang oleh seorang pemimpin yang
beretikayaitu:-
1. Mereka berperilaku sedemikian rupa sehingga sejalan dengan tujuannya dan organisasi (Blanchard dan peale mendefinisikannya sebagai jalan yang ingin dilalui dalam hidup ini; jalan yang memberikan makna dan arti hidup pemimpin tersebut). Sebuah tujuan pribadi yang jelas merupakan dasar bagi perilaku etika. Sebuah tujuan organisasi yang jelas juga akan memperkuat perilaku organisasi yang etika.
1. Mereka berperilaku sedemikian rupa sehingga sejalan dengan tujuannya dan organisasi (Blanchard dan peale mendefinisikannya sebagai jalan yang ingin dilalui dalam hidup ini; jalan yang memberikan makna dan arti hidup pemimpin tersebut). Sebuah tujuan pribadi yang jelas merupakan dasar bagi perilaku etika. Sebuah tujuan organisasi yang jelas juga akan memperkuat perilaku organisasi yang etika.
2. Mereka berlaku sedemikian rupa sehingga secara pribadi,
dia merasa bangga akan perilakunya. Kepercayaan diri merupakan seperangkat
peralatan yang kuat bagi perilaku etika. Karena kepercayaan diri merupakan rasa
bangga (pride) yang diramu dengan kerendahan hati secara seimbang akan
menumbuhkan keyakinan kuat saat dirinya harus menghadapi sebuah dilemma dalam
menentukan sikap yang etis.
3. Mereka berperilaku dengan sabar dan penuh keyakinan akan
keputusan yang diambilnya dan dirinya sendiri. Kesabaran, kata Blanchard dan
peale, menolong orang untuk bisa tetap memilih perilaku yang terbaik dalam
jangka panjang, serta menghindarkan kita dari jebakan hal-hal yang terjadi
secara tiba-tiba.
4. Mereka berperilaku dengan teguh. Ini berarti berperilaku
secara etika sepanjang waktu, bukan hanya bila dia merasa nyaman untuk
melakukannya.
5. Seorang pemimpin etika, menurut Blanchard dan peale,
memiliki ketangguhan untuk tetap pada tujuan dan mencapai apa yang
dicita-citakannya.
6. Mereka berperilaku secara konsisten dengan apa yang
benar-benar penting. Dengan kata lain dia tetap menjaga perspektif. Perspektif
mengajak orang untuk melakukan refleksi dan melihat hal-hal lebih jernih
sehingga orang bisa melihat apa yang benar-benar penting untuk menuntun
perilaku dirinya sendiri.
2)
Strategi dan performasi
Fungsi yang penting dari sebuah manajemen adalah untuk
kreatif dalam menghadapi tingginya tingkat persaingan yang membuat
perusahaannya mencapai tujuan perusahaa terutama dari sisi keuangan tanpa harus
menodai aktivitas bisnisnya berbagai kompromi etika. Sebuah perusahaan yang
jelek akan memiliki kesulitan besar untuk menyelaraskan target yang ingin
dicapai perusahaannya dengan standar-standar etika. Karena keseluruhan strategi
perusahaan yang disebut excellence harus bisa melaksanakan seluruh
kebijakan-kebijakan perusahaan guna mencapai tujuan perusahaan dengan cara yang
jujur.
3)
Karakter individu
Perjalanan hidup suatu perusahaan tidak lain adalah karena
peran banyak individu dalam menjalankan fungsi-fungsinya dalam perusahaan
tersebut. Perilaku para individu ini tentu akan sangat mempengaruhi pada
tindakan-tindakan mereka ditempat kerja atau dalam menjalankan aktivitas
bisnisnya.
Semua kualitas individu nantinya akan dipengaruhi oleh
beberapa factor-faktor yang diperoleh dari luar dan kemudian menjadi prinsip
yang dijalani dalam kehidupannya dalam bentuk perilaku. Faktor –faktor tersebut
yang pertama adalah pengaruh budaya, pengaruh budaya ini adalah pengaruh
nilai-nilai yang dianut dalam keluarganya. Seorang berasal dari keluarga
tentara,mungkin saja dalam keluarganya di didik dengan disiplin yang kuat,anak
anaknya harus beraktivitas sesuai dengan aturan yang diterapkan orang tuanya.yang
kedua,perilaku ini akan dipengaruhi oleh lingkunganya yang diciptakan di tempat
kerjanya. Aturan ditempat kerja akan membimbing individu untuk menjalankan
peranannya ditempat kerja. Peran seseorang dalam organisasi juga akan
menentukan perilaku dalam organisasi, seseorang yang berperan sebagai direktur
perusahaan, akan merasa bahwa dia adalah pemimpin dan akan menjadi panutan bagi
para karyawannya,sehingga dalam bersikap dia pun akan mencoba menjadi orang
yang dapat dicontoh oleh karyawannya, misalnya dia akan selalu datang dan
pulang sesuai jam kerja yang ditentukan oleh perusahaan. Faktor yang ketiga
adalah berhubungan dengan lingkungan luar tempat dia hidup berupa kondisi
politik dan hukum, serta pengaruh–pengaruh perubahan ekonomi. Moralitas
seseorang juga ditentukan dengan aturan-aturan yang berlaku dan kondisi negara
atau wilayah tempat tinggalnya saat ini. Kesemua faktor ini juga akan terkait
dengan status individu tersebut yang akan melekat pada diri individu tersebut
yang terwujud dari tingkah lakunya.
4)
Budaya perusahaan
Budaya perusahaan adalah suatu kumpulan nilai-nilai,
norma-norma, ritual dan pola tingkah laku yang menjadi karakteristik suatu
perusahaan. Setiap budaya perusahaan akan memiliki dimensi etika yang didorong
tidak hanya oleh kebijakan-kebijakan formal perusahaan, tapi juga karena
kebiasaan-kebiasaan sehari-hari yang berkembang dalam organisasi perusahaan
tersebut, sehingga kemudian dipercayai sebagai suatu perilaku, yang bisa
ditandai mana perilaku yang pantas dan mana yang tidak pantas.
Budaya-budaya perusahaan inilah yang membantu terbentuknya
nilai dan moral ditempat kerja, juga moral yang dipakai untuk melayani para
stakeholdernya. Aturan-aturan dalam perusahaan dapat dijadikan yang baik. Hal
ini juga sangat terkait dengan visi dan misi perusahaan.
Banyak hal-hal lain yang bisa kita jadikan contoh bentuk
budaya dalam perusahaan. Ketika masuk dalam sebuah bank, misalnya, satpam bank
selalu membukakan pintu untuk pengunjung dan selalu mengucapkan salam, seperti
selamat pagi ibu…selamat sore pak…sambil menundukkan badannya, dan nilai-nilai
sebagiannya. Ini juga budaya perusahaan, yang dijadikan kebiasaan sehari-hari
perusahaan.
Sumber: